21 Agu 2013

Review Sinyo Egie Untuk Dua Buku saya

Irma Irawati


Nyo memanggilnya ‘mbak Irma’, kita berkenalan di dunia maya lewat salah satu grup kepenulisan. Jejak karier sebagai penulis telah dilakoni mbak Irma jauh sebelum Nyo lakukan. Sejak masih duduk di bangku madrasah, wanita cantik ini telah memulai debut sebagai penulis lokal dengan kebanyakan berupa karya fiksi.


Tahun 1998 hingga 2002 beberapa karya mbak Irma mulai menjangkau wilayah nasional berupa cerpen dan artikel. Hanya saja setelah menikah, nama ibu tiga anak ini seperti tenggelam dari dunia kepenulisan. Hasrat menulis dalam hati terus mendesak sehingga mbak Irma berusaha mencari celah disela kesibukan mengurus anak, mulai tahun 2007 namanya mulai tercatat kembali di dunia kepenulisan sebagai debutan baru.


Mbak Irma giat belajar menulis fokus pada fiksi, namun dia juga mengembangkan tulisan non-fiksi secara bertahap (berkebalikan dengan Sinyo ya.. ^_^ ). Hasilnya, tidak tanggung-tanggung, di tahun 2012 dua buku fiksi-ilmu pengetahuan anak lahir dari tangan dinginnya, disusul tahun 2013 ini dua buku baru terbit, bahkan sudah mulai merambah ke tulisan non-fiksi. Meski mulai diperhitungkan di dunia kepenulisan yang tampak sesak, mbak Irma tidak lelah untuk selalu belajar menulis kepada setiap orang, membuka jaringan pertemanan dan membantu para penulis yang sedang merintis karier termasuk Sinyo.



Kita tunggu bersama, buku apa lagi yang akan muncul dari ide-ide ajaib dalam pikiran cerdasnya.



Dua Buku Baru Mbak Irma


Nyo langsung membeli dua buku baru mbak Irma untuk dipelajari baik kelebihan dan kekurangan, Alhamdulillah dapat discount, semoga dibalas dengan kebaikan yang banyak. Berikut sedikit review dua buku baru mbak Irma Irawati.


1. Keajaiban Ibadah (non-fiksi, Islam, penerbit Qibla)



Urusan cover, buku ini sangat menarik mata (eye catching), karena Qibla-BIP sudah sangat berpengalaman di dunia penerbitan. Soal judul, pembaca akan ‘kecelik’ karena setiap orang yang pertama kali membaca judul buku ini berharap akan mengenali keajaiban dalam setiap ibadah dalam Islam, sayang keajaiban itu agak susah ditemukan atau harus dibaca dengan sangat serius. Menurut Nyo, akan lebih mengena di hati pembaca jika keajaiban ibadah itu disendirikan dalam setiap kotak, sehingga akan menjadi semacam ‘kesimpulan’ atau paling tidak hipotesa penulis pada setiap pembahasan ibadah.


Jumlah halaman yang minimalis dengan font tulisan yang cukup besar, tampak ditujukan untuk menjadi bacaan ringan, dalam perjalanan atau menunggu kegiatan maka selesailah buku ini dibaca sekitar satu hingga dua jam saja. Beberapa layout terkesan dipaksakan hanya ‘untuk memenuhi’ halaman. Selain itu jenis font kutipan hadits tidak disamakan dengan jenis font kutipan Qur’an sehingga kadang agak memusingkan mata, karena ada kutipan atau tulisan yang jenis hurufnya sama dengan hadits. Lebih baik khusus untuk kutipan, cukup dibuat tulisan ‘miring’ tanpa mengubah font agar mata tidak cepat lelah.


Isi buku ini bersifat pengenalan, jadi sangat cocok untuk pembaca pemula agama Islam. Beberapa hadits ada yang tidak disertai dengan sumber perawi atau periwayat yang jelas, termasuk derajat kesahihan hadits tersebut. Bagi pembaca pemula sebaiknya dipilih hadits yang jelas sahih atau hasan, jika dhaif diberi keterangan seperlunya. Seperti pada halaman 5 dan 46.


Well secara keseluruhan buku ini mendapat nilai 7 (1-10)dari Nyo untuk dibaca. Mbak Irma harus lebih giat lagi belajar menulis non-fiksi. Rekomendasi terbaik buku ini buat hadiah bagi pelajar SMP atau SMA, juga bagi orang tua yang masih buta tentang Islam. Menjadi bacaan yang ringan disela kesibukan, apalagi penerbit memberi pembatas buku gratis, sangat bermanfaat.






2. Sekotak Cinta untuk Sakina (fiksi-novel anak, Islam, penerbit Qibla)


Lagi-lagi secara cover, Qibla memang mendapat acungan jempol untuk menarik minat pembaca, terutama pelajar SD atau SMP. Jenis dan ukuran font standar cocok untuk pembaca novel umur menengah atau anak-anak.


Terus terang soal menulis fiksi, Nyo masih belajar, hanya saja sejak SD memang suka membaca buku fiksi sehingga berani mereview buku ini. Saat membaca bab I dan II, Sinyo merasa heran kenapa mbak Irma memilih hampir semua nama tokoh berakhiran huruf ‘a’, contohnya : Sakina, Umi Haya, Allegra, Amara, Vinka, Hauna, Vira, Naila, Kaila, Nadia dan masih banyak lagi termasuk mama dan papa. Masak satu pondok tidak ada yang namanya Siti, Ningrum, Maimunah, Netti atau yang lain. Bahkan di bab berikutnya masih ada Lana, bukannya apa-apa, susah saja mengingat mereka semua karena hampir sama. Kadang Nyo bingung, karena ada tokoh yang hanya ‘numpang lewat’ saja.


Beberapa kisah dan konflik membuat pembaca ‘sebel’ kenapa tidak diselesaikan, seperti kasus iPhone yang tidak jelas akhirnya. Kecepatan waktu juga agak kurang detail sehingga bagi pembaca perubahan Sakina agak terlalu cepat, mungkin perlu disisipi keterangan waktu agar jelas masa-masa perubahan yang dialami si anak.


Di bagian tertentu, mbak Irma salah menulis tokoh seperti di halaman 49, ‘Begitu yang dikatakan Amara pada semua orang’, seharusnya Amara ditulis ‘Sakina’. Beberapa kali penulis juga terseret arus keluar dari sudut pandang orang ketiga, sehinga agak membingungkan pembaca. Pada paragraf tertentu ‘kesan’ orang tua mengajar lewat mulut anak-anak juga masih terlihat.


Kisahnya sendiri sangat menarik untuk dibaca anak-anak agar mengetahui dunia pondok secara umum, disertai dengan sedikit kejutan dan melodrama akan membuat pembaca menitikkan air mata terutama pada bagian akhir. Sinyo baru hampir….menitikkan air mata wkekekkeek


Oke, secara keseluruhan buku ini mendapat nilai 8 (1-10) dari Nyo untuk dibaca, tetapi untuk sekelas mbak Irma nilai itu seharusnya jauh lebih baik minimal 9. Tetap semangat menulis ya mbak dan kita tunggu tulisan selanjutnya. Buku ini cocok untuk hadiah anak SD atau SMP awal, terutama wanita







Nyo, Magelang 21 Agustus 2013, sambil menunggu maintenance Lost Saga S3

Tidak ada komentar:

Posting Komentar