26 Agu 2014

Pameran Buku Bandung Menyebar “Virus” Membaca, Menulis dan Berkarya

Oleh : Irma Irawati



Bagi Warga Bandung dan sekitarnya, waspada lah karena sebentar lagi akan  tersebar “virus” yang membuat kantong cepat kering, semangat membaca tak terkendalikan, dan keinginan berkarya yang bergejolak. “Virus” itu menyebar di tengah  Pameran Buku Bandung yang sebentar lagi akan digelar.
Pameran Buku bandung, mengingat acara itu, saya jadi ingat tentang kekhasan acaranya yang rutin digelar di tempat yang bersejarah bagi kota Bandung. Menyebut Pameran Buku Bandung, pasti langsung terbayang sebuah gedung tua bernama Landmark Convition Hall di Jalan Braga 129, Bandung. Tepat sekali jika panitia selalu menyelenggarakannya di sana. Selain mudah diingat warga Bandung hingga tak perlu bingung mencari tempatnya,  juga sangat pas karena Pameran Buku Bandung bukan hanya sebagai ajang jualan buku atau mempertontonkan lautan buku. Melainkan juga sebagai ajang kreasi para pencinta kreatifitas.
Lihat saja seabreg rangkaian acaranya. Kita akan melihat beragam lomba yang merangsang kreatifitas warga. Ada Parade Seni Sunda, Lomba Film Pendek, bahkan lomba-lomba lainnya yang bisa diikuti oleh semua lapisan masyarakat. Mulai dari bocah kecil yang selalu sumringah jika diajak lomba mewarnai atau menggambar, pelajar, sampai orang tua yang  tak bosan berkarya. Sekarang percaya kan, kalau Pameran Buku Bandung itu bisa menjadi “Virus”?  Memang. Karena dengan digelarnya beberapa perlombaan itu, semua orang jadi terangsang untuk berkarya. Tertarik untuk ikut mengasah kemampuannya.
Lalu di mana si Virus membaca dan menulis nya? Wooh mengenai itu, tak perlu disebut lagi. Buktinya, selama Pameran Buku Bandung itu digelar, kita akan melihat warga berbondong-bondong untuk datang ke sana. Bukan hanya Gedung Landmark menjadi penuh sesak, tapi juga jalanan sekitar Braga menjadi macet, bahkan sampai ada pengalihan jalur lalu lintas selama pameran berlangsung. Semoga saja pemandangan tersebut benar-benar menunjukkan banyaknya warga yang cinta membaca. Dan saya sendiri, paling suka jika ada talk show para penulis. Kehadiran mereka menjadi pemantik semangat untuk bisa menulis. Dan mungkin bukan hanya saya yang tersengat “virus” ingin menjadi penulis. Bisa jadi di barisan pelajar yang begitu semangat menyimak  di depan panggung, ada salah seorang di antara mereka yang  juga mempunyai mimpi untuk menjadi penulis. Mempunyai mimpi jika suatu saat, yang sedang bicara tentang penulisan itu adalah dirinya. Seperti juga mimpi saya saat menyimak para penulis itu berbincang tentang proses kreatif  mereka melahirkan bukunya.
Nah, betulkan kata saya? Pameran Buku Bandung memang penyebar “virus” membaca, menulis dan berkarya. Jadi tak perlu galau jika “virus” ini melanda. Tak perlu panik jika pameran ini digelar akhir bulan, karena di awal bulan masih akan terus berlangsung. Tak perlu bingung karena tabungan akan terkuras saat kita kalap dengan penampakan buku yang keren-keren. Bagi para pencinta buku, selamat menari bersama “virus” yang akan mengokohkan status kalian sebagai KUTU. Ya, KUTU BUKU. Bagi para pemimpi yang ingin menjadi penulis, selamat menata “virus” semangat untuk menjadi penulis, dan bagi para creator, selamat mengasah “virus” panangan sae  alias tangan dingin untuk menghasilkan karya yang bermutu, yang akan menggiring generasi menjadi Pejuang Peradaban.    


4 komentar:

  1. Seperti biasa tulisan teh Irma selalu enak dibaca. Semoga sukses ya, Teh :)

    BalasHapus
  2. Teh Yas... wuiih, punya teh Yas lebih keren atuuh.
    Mba Naqi... Aamiin. doa yang sama buat mbak yaa

    BalasHapus
  3. semoga semakin menyebar virusnya ke seantero Bandung yaaa

    BalasHapus
  4. aamiin... hatur nuhun, Teh Tian :)

    BalasHapus