30 Agu 2014

Payungnya Dunia Penerbitan Bernama IKAPI




Oleh Irma Irawati
Di halaman awal sebuah buku, tak jarang kita temukan nomor keanggotaan IKAPI, penerbit tersebut. Bagi pembaca, halaman itu mungkin tak begitu mendapat perhatian. Tapi bagi penulis, itu penting banget. Jadi dia tahu bahwa bukunya diterbitkan oleh penerbit yang merupakan anggota IKAPI

 
Memangnya apa sih IKAPI itu? Ngaruh ya buat penerbit? Ya iya laah, ya iya iya dong. Dari namanya saja langsung ketahuan, kan. IKAPI itu kepanjangan dari Ikatan Penerbit Indonesia. IKAPI merupakan  asosiasi yang menghimpun penerbit buku seluruh Indonesia, dan hanya satu-satunya di Indonesia. Kalau merunut sejarahnya, IKAPI sampai sekarang ini sudah berdiri selama 63 tahun (waah, nggak pegel ya berdiri terus? Ups…). Bangga dong, Indonesia punya IKAPI.  Jadi serasa memiliki sesepuh yang menaungi, membimbing dan mengarahkan agar para penerbit anggota IKAPI yang kini jumlahnya sudah 1.126 senantiasa berada dalam koridor yang disepakati sebagai anasir yang berjuang mencerdaskan bangsa.  Jadi membayangkan kalau IKAPI itu seorang Kakek bijaksana, dikelilingi 1.126 cucu yang tak bosan menerima wejangan dan petuahnya.
Sepanjang perjalanannya dalam mencerdaskan bangsa dan memajukan perbukuan nasional, IKAPI mengacu pada konsep yang disepakati sejak 4 Juli 1956, yakni Panca Daya IKAPI, sebagai dukungan terhadap perpustakaan Indonesia. Konsep tersebut yaitu :
1.      Usaha memperluas kesempatan membaca dan memperbesar golongan pembaca dengan jalan mendirikan perpustakaan desa
2.      Usaha mengembangkan penerbitan buku pendidikan dan pengajaran dengan menarik biaya alat pengajaran
3.      Usaha menyebarkan hasil cipta sastrawan indonesia dengan jalan mengekspor hak cipta dan mengekspor buku
4.      Usaha melindungi hak cipta serta membantu penerbitan buku universitas dan buku-buku kategori kesusastraan
5.       Usaha mengembangkan industri grafika bagi keperluan pencetakan buku.
Nah sudah jelas kan, betapa IKAPI memiliki peran besar dalam dunia penerbitan buku di Indonesia. Jadi pengen sungkem deh kepada para leluhur yang sudah menguras energi dan pikiran, sehingga IKAPI ini ada. Deuh jadi ingat  pelajaran Bahasa Indonesia saat sekolah dulu. Karena di antara nama besar pendiri itu, ada nama yang tak asing lagi di telinga kita, yakni Syutan Takdir Ali Syahbana.
Dan sekarang, bangga juga dong, pernah menyerap ilmu dari salah seorang pengurus IKAPI, seperti Pak Bambang Trimansyah. Energi dalam dunia literasinya seperti tak pernah habis. Sumbu semangatnya tak pernah padam. Terus menyala, meski apinya ia bagi untuk menyalakan sumbu-sumbu di sekitarnya. Mulai dari skala daerah sampai nasional. Bener-benar membanggakan dan patut diteladani. 
Lalu apa saja sih sepak terjang IKAPI dalam rangka mencerdaskan bangsa ini? Waah itu sih jangan ditanyaa. Pasti bejibun lah. Kita bisa menikmati suguhan memuaskan berupa pameran buku yang digelar berkali-kali dalam setahun, di setiap daerah itu, atas prakarsa siapa coba? Ya, IKAPI. Bagi para penulis, yang ngasih award itu siapa? Ya, IKAPI. Atau kalau ingin tahu peranan lebih luasnya, simak aja visi misi IKAPI berikut ini :
Visi Ikapi

Menjadikan industri penerbitan buku di Indonesia mampu memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri dan dapat berkiprah di pasar internasional.

Misi Ikapi

Ikut serta mencerdaskan kehidupan bangsa melalui upaya penciptaan iklim perbukuan yang kondusif, pengembangan sistem perbukuan yang kompetitif, dan peningkatan profesionalisme asosiasi serta para anggotanya sehingga perbukuan nasional mampu berperan secara optimal demi mempercepat terbentuknya masyarakat demokratis terbuka dan bertanggung jawab.
Cukup gamblang kan?..
Dan kalau mau lebih rinci lagi tentang sepak terjangnya, kita bisa lihat-lihat  website IKAPI atau berkunjung langsung ke alamat ini:
Jalan Kalipasir, No. 32, Cikini Jakarta Pusat 10330
Telepon 021-31902532, 3141907
Faksimile 021-31926124, 3146050
Trus,  kalau saya disuruh melamun dan berandai-andai jika suatu hari jadi ketua IKAPI, wah kayaknya itu mah mimpi yang terlalu tinggi. Kalau kata para abege urang Bandung mah, “Da akumah apa atuuuh, cuma bubuk ranginang,”.  Jadi programnya nanti saja yaa, kalau saya benar-benar ditunjuk jadi ketua IKAPI. Tapi  yang paling utama sih, saya akan berusaha semampu saya untuk membantu mencerdaskan bangsa ini, melalui budaya membaca dan menulis dengan gerakan sejuta perpustakaan. Di tempat-tempat umum sekecil apapun, harus tersedia perpustakaan. Memberi penghargaan pada anak-anak yang cinta membaca, memberi penghargaan pada perpustakaan dengan pengunjung terbanyak. Untuk memotivasi agar para pegawai perpustakaan membuat acara semenarik mungkin sehingga menyedot pengunjung dan menarik minat masyarakat untuk datang.  Jika kebiasaan dasar membaca ini sudah tertanam, maka program lainnya yang lebih keren, akan bisa diterapkan lagi.
Tulisan ini diikut sertakan pada Parade blog yang diselenggarakan oleh Syaamil Qur'an dan Pameran Buku Bandung



7 komentar:

  1. hai mbak selamat berlomba ya... good luck

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hai Mak Susan... Makasih banyak yaa, udah mampir

      Hapus
  2. Abdi resep bubuk rangginang, kadieukeun. Seepkeun ku abdi hahaha...

    BalasHapus
  3. Waah pengetahuan baru bagi saya maak tentang IKAPI :)

    BalasHapus
  4. Makasih Mak Naqi. saya juga salut dengan mak Naqi, bisa nunggu lahiran sambil terus menulis.kereen

    BalasHapus