Oleh : Irma Irawati
Sebagai
Emak Kurir, yang kerjaannya wara-wiri ke
sana ke mari mirip setrikaan, tapi juga punya impian untuk tetap menulis, saya
sangat suka online. Baik saat di rumah maupun di luar rumah. Terkadang kalau sudah asyik di depan notebook, tempat duduk saya seperti dipasangi lem yang
membuat saya merasa berat untuk bangkit. Ujung-ujungnya, saya jadi telat
berangkat dan siap pontang panting dengan persiapan yang serba dadakan. Itu
semua terjadi karena saya malas posting ini itu lewat iPhone yang biasa saya pakai online. Apalagi kalau harus kirim file lewat inbox
facebook, atau mengunggah file berupa doc, di dinding sebuah kelas penulisan
yang saya ikuti. Saya agak kesulitan kalau harus posting via iPhone. Jadi saya sangat tergantung pada notebook,
untuk posting memposting.
Tapi
apa daya, kalau notebooknya segede tampah, saya malas menentengnya. Tak bawa
notebook saja, gembolan saya udah
seperti mau pulang kampung selama seminggu. Apalagi jika harus bawa notebook.
Yaa, maklumlah emak kurir dengan bawa anak yang masih batita. Resiko si Emak , jika
belum bisa lenggang kangkung alias hanya bergaya dengan tas fashion saat ke
luar rumah. Karena terkadang, saya tetap harus bawa notebook segede tampah itu agar tak bengong di sela
menunggu atau untuk sekadar mengusir
bosan.
Jadi ingat saat perjalanan ibadah haji tahun
lalu, saya keukeuh ingin membawa notebook. Karena saya mendengar
pengalaman seorang teman, bahwa di sana nanti akan memiliki banyak waktu luang
di sela menunggu kepulangan ke tanah air. Dengan degdegan karena takut kena
razia, saya memasukkan notebook ke dalam koper.
Selain kegedean kalau harus ditenteng, agak khawatir juga jika sebetulnya tak
diperbolehkan membawanya. Saya betul-betul tidak tahu tentang peraturan ini. Menyesal
juga tak sempat mencari info terlebih dulu. Jadilah saya harus
sembunyi-sembunyi karena khawatir ada pelarangan seperti membawa cobek dan lain-lain (Hahaha... :). Jadinya saya berusaha menyembunyikan Notebook itu di
tengah lipatan pakaian, dan memasukkannya terlebih dahulu ke dalam tas berbahan tebal.
lega setelah barang diperiksa |
Singkat
cerita, akhirnya selamatlah notebook itu
mengikuti perjalanan saya ke tanah suci. Meski sempat ketar-ketir juga melihat koper yang dilempar-lempar dari
atap bus oleh para kuli berkulit hitam. Duh,
moga-moga notebook saya aman sentosa di dalam sana, bisik hati saya saat
itu. Dan alhamdulillaah, begitu koper
itu sudah ada di hadapan saya, yang paling pertama diperiksa adalah kondisi
notebook. Saat itu saya berpikir, seandainya ada notebook kecil dan lebih
tipis, pasti saya bisa membawanya di
dalam tas selempang yang saya bawa selama perjalanan.
Kenyataannya,
sangat beruntung sekali saya membawa notebook ke tanah suci. Karena memang
betul, begitu selesai pelaksanaan haji dan kembali ke Maktab setelah lima
hari di Armina, kita akan banyak
memiliki waktu luang. Bisa sampai dua minggu untuk menunggu keberangkatan ke
Madinah. Nah, selama menungu itulah saya harap bisa menulis. Karena ternyata,
kita tak terus menerus berdiam di masjidil haram. Jarak maktab kami yang terletak di wilayah
Bakhutmah, sekitar 3 km dari masjidil
haram, membuat saya dan suami memilih waktu ke masjidil haram, hanya jam tiga dini
hari sampai pagi, dan menjelang ashar sampai isya. Jadilah siang hari
menghabiskan waktu di maktab. Namun harapan saya untuk menulis, ternyata tak
terwujud. Karena notebooknya terpaksa digunakan suami untuk menuntaskan
pekerjaan. Karena ia bisa online dan tetap bekerja. Tapi meski demikian, saya
tetap bersyukur, masih bisa menyelesaikan satu tas rajut dan membuatkan renda
di pinggiran kerudung untuk seorang teman
sekamar.
Selain itu, ada untungnya juga notebook itu
digunakan suami. Ia jadi bisa browsing mencari hotel murah di sekitaran
Masjidil Haram. Sampai akhirnya kami bisa cek in di Zamzam Tower yang ternyata
bisa lebih murah lagi jika melakukan transaksi secara online. Waah, seandainya
saya tak bawa notebook, mungkin kami tak
akan coba-coba browsing dan mendapat hotel bintang lima dengan harga murah.
Lumayan kan, bisa dapat harga lebih murah dibanding teman-teman yang reservasi
secara langsung. Hehe, kami menyebut ini
berkah online. Bahkan tak sampai di situ. Berkah online ini disusul dengan
berkah lainnya. Saat suami saya sedang
mengurus kelengkapan data di front
ofice, tiba-tiba ada seseorang menghampiri saya. Dia mengaku dari Jawa
Timur, dan menanyakan harga kamar yang kami pesan. Ternyata, dia
menawarkan harga 50 persen lebih murah
lagi. Karena dia punya dua puluh kamar sebagai jatah dia mengurusi haji plus.
Tapi sayangnya, saya tak mau percaya begitu saja. Hehe, bukan suudzan, tapi
saya harus tetap waspada. Karena kabarnya, banyak juga orang Indonesia yang
tertipu oleh orang sebangsa dan setanah air.
Ternyata
oh ternyata, sampai hari keempat saya di hotel. Saya kembali bertemu orang itu
dan menunjukkannya pada suami. Kami mencoba kembali bertanya tentang kamar yang
lebih murah itu. Gayung bersambut, masih ada empat kamar kosong yang hendak dia
tawarkan. Jadilah selain kami bisa perpanjangan waktu untuk menginap di hotel,
kami bisa menawarkan juga ke teman-teman. Bahkan kami juga dapat bonus lagi karena
berhasil membawa teman. Sungguh anugrah tak terkira, bisa menginap di hotel
yang berhadapan langsung dengan ka’bah.
Lobi hotel zamzam tower. gambar diambil dari sini |
lokasi hotel yang langsung menghadap ka'bah |
Pengalaman
ini, saya jadikan pelajaran. Bahwa jika suatu saat saya kembali ke tanah suci,
tak akan segan-segan membawa notebook. Apalagi jika notebook itu berukuran
kecil dan lebih tipis seperti Acer E1 Sllim series.
Asyiknyaa kalo bisa bawa notebook setipis ini |
Saya tak ragu untuk membawanya di tas selempang. Saya
yakin, pasti berguna untuk online di sana, selain untuk menulis. Bagi seorang
Emak, membawa produk Acer ini bisa juga
berfungsi sebagai diary yang akan mengabadikan perjalanan. Kan asyik tuh, bisa
tetap meng-update blog selama di
tanah suci. Selain bercerita selama pelaksanaan ibadah haji, juga bisa berbagi
cerita tentang kuliner, wisata belanja dan lainnya. Ibadah tetap nomor satu,
tapi tak ada salahnya kan, kalau kita juga mengambil berkah online. Pokoknya
mulai sekarang, perjalanan ke manapun, saya tak akan lupa bawa notebook. Karena saya nggak mau terbengong-bengong sambil diliputi seribu penyesalan.
“Tulisan ini diikutsertakan dalam event “30 Hari Blog Challenge, Bikin
Notebook 30% Lebih Tipis” yang diselenggarakan oleh Kumpulan Emak Blogger (KEB) dan Acer Indonesia.”
wa...notebooknya udah haji juga ya mak.. sukses untukmu mak ;)
BalasHapusHahaha.... sayangnya nggak dibawa thawaf dan masuk Armina. jadinya si Notebook belum jadi haji deh, :) Sukses juga untukmu ya mak Eda
BalasHapuswah.. Subhanalloh yah mak.. pasti senang sekali sudah mampu brhji mengunjungi baitulloh.. saya ikutan deg2an baca ceritanya ^^b
BalasHapussukses yah mak
Waah, aman tuh teh dibawa ke Mekah? Asiik, mudah2an bisa segera nyusul bisa ke sana buat ibadah umrah n haji sambil bawa E1-432 ini
BalasHapuswaah, alhamdulillah ya mak :)
BalasHapusMak Istiqamah... hihi, makasih Mak. Jadinya si Notebook saya agak2 retak gitu karena dilempar2 kali yaa. tapi lumayan laah masih tetap bisa dipake.
BalasHapusNeng Efi... alhamdulillaah aman sentosa neng. apalagi kalo bawa aspire yaa. tambah aman karena bisa dipeluk-peluk di tas selempang. hehe. semoga Neng Efi bisa ke sana sambil bawa aspire yaaa
BalasHapusDooh, membayangkan si notebook yang dilempar-lempar di tanah suci... Syukurlah masih tetap utuh dan LCD-nya gak rusak ya, Mak :D
BalasHapusYa Allah membawa notebook slim ke tanah suci, semoga itu juga bisa terjadi sama saya, aamiin, do'ain ya teeehh ...
BalasHapusKeren teh tulisannya ...:)
Mak Tanti... alhhamdulillaah, hehe. jadi pengalaman heboh deh ini mah.
BalasHapusMak kakaakin ... itulaah, mungkin karena kedempet dan kelempar waktu itu, jadinya sekarang bingkai monitorna agak rapuh,hehe. coba kalo waktu itu ada aspire super slim, nyamaaan deh pastinya
BalasHapusMak Zaffara... aamiin, moga bisa ke sana sambil bawa aspire yaa. biar tetapbisa ngeblog dan share2 tulisan
BalasHapusHarusnya yang ditenteng ke Mekah Saya tuuh, bukannya si lepi..hallaah ngarep
BalasHapusSukses ya Maak
Wolooh, Mak Enny nya dicari-cari nggak ada. hehe. kalo berangkat lagi, kita barengan yaa, sambil nenteng si super slim yg keren ituuu :)
BalasHapusWah Teh Irma suka merendah. Postingannya bagus gini kok minder. Ayo terus ngeblooooog! :)
BalasHapusTeh Niaaa, masih harus banyak belajar ke teh Nia pastinyaa, hehe :)
BalasHapusTerima kasih Mak Sari :)
BalasHapusJury visit. Terima kasih sudah berpartisipasi.
BalasHapusirma... uni tag ya untuk liebster award... numpang link ya...
BalasHapushttp://oenidian.blogspot.com/2014/06/liebster-award-mengenal-sahabat-lewat.html