26 Agu 2013

Sepatu Abu Qasim


Cerita favorit saat saya duduk di bangku kelas 1 Madrasah Aliyah. Cerita ini ada di buku Arabiyah linnasiin jilid 4 (kalau nggak salah) dan inilah terjemahannya




SEPATU ABU QASIM

Oleh : Irma Irawati

Abu Qasim, seorang kaya yang pelit. Ia tak pernah mau mengeluarkan uangnya, bahkan untuk sekadar membeli kebutuhannya sendiri, seperti sepatu. Sepatu Abu Qasim sudah tua dan banyak jahitan di sana sini. Ia telah mengenakannya selama tujuh tahun. Hingga semua orang mengenal sepatu itu.

“Apa anda tidak ingin membeli sepatu baru, Abu Qasim?” Tanya seorang pemuda saat melihat Abu Qasim melepas sepatu itu di teras mesjid.

“Sepatu ini masih nyaman dipakai,” jawab Abu Qasim sambil melangkah menuju toilet di samping mesjid.

Usai shalat, Abu Qasim melihat sepatu baru di teras mesjid. Ia mengira ada seseorang yang diam-diam memberinya sepatu baru. Dengan hati riang, ia segera mengenakannnya dan berlalu dari mesjid.

Ternyata begitu Abu Qasim pergi, seseorang yang baru saja selesai mendirikan shalat, terlihat kebingungan mencari sepatunya. Ia mondar mandir di teras mesjid. Rupanya orang itu adalah pendatang sekaligus pemilik sepatu baru. Ia tidak menemukan sepatunya di tempat ia melepaskan sepatu. Yang ada hanya sepasang sepatu tua yang usang.

“Wow…sepertinya sepatumu tertukar dengan sepatu Abu Qasim,” tebak penjaga mesjid yang menghampirinya. Tangannya langsung meraih sepatu Abu Qasim dan mengacungkannya. Orang-orang yang hadir di situ ikut membenarkan tebakan penjaga mesjid. Sepatu itu benar-benar tak asing lagi di mata mereka.

Pemilik sepatu baru langsung mengadukan masalahnya pada Tuan Hakim yang bertugas menyelesaikan masalah di kota Damaskus. Abu Qasim pun segera dipanggil untuk menghadap. Abu Qasim telah mengambil barang yang bukan miliknya. Maka Abu Qasim diberi pilihan, masuk penjara atau dikenakan denda. Abu Qasim terpaksa memilih denda. Ia harus menyerahkan sejumlah uang pada kas negara dan membuat perjanjian untuk tidak melakukan kesalahan serupa.

Abu Qasim memandang sepatunya dengan kesal. Lalu pergi ke sungai dan menghanyutkan sepatu yang dianggap telah merugikan keuangannya. Usai menyaksikan sepatunya yang timbul tenggelam di permukaan sungai, Abu Qasim pun segera kembali ke rumah.

Sementara itu, nasib sepatu Abu Qasim memang belum saatnya berakhir. Seorang Pencari ikan di sungai, mendapati sepasang sepatu Abu Qasim dalam jaring yang ia lemparkan ke tengah sungai. Ia mengira, sepatu itu telah hanyut dan ia berhasil menemukannya. Maka segeralah ia mengantar sepatu itu ke rumah Abu Qasim.

Rumah itu tampak sepi, sehingga ia mengira tidak ada orang. Tapi sebelum berlalu, ia melihat sebuah jendela yang terbuka. Maka ia melempar sepatu itu melalui jendela.

“Praang!!...”suara pecahan kaca lemari mengagetkan Abu Qasim yang sedang terkantuk-kantuk di kursinya. Ia benar-benar kaget, saat menyadari apa yang terjadi. Ia melihat sepatunya ada di antara pecahan kaca. Rupanya, sepatu yang dilemparkan Pencari Ikan itu mengenai kaca lemari yang ada di kamarnya. Abu Qasim kembali marah pada sepatunya. Ia menahan tangis sambil memukul-mukulkan sepatunya ke lantai.

Malam hari, saat semua penduduk sudah terlelap. Abu Qasim berjalan mengendap-endap di samping rumahnya. Ia menggali tanah untuk mengubur sepatunya.

“Blug, blug....” Tetangga sebelah rumahnya malah merasa terganggu dengan suara itu. Ia segera bangun dan melihat keluar. Dalam gelap, ia melihat seseorang yang diduga akan menghancurkan tembok rumahnya. Maka ia segera berlari untuk mengadu kepada Tuan Hakim. Abu Qasim pun kembali dipanggil untuk menghadap. Keputusannya, dipenjara atau membayar denda dengan menyerahkan sejumlah uang pada kas negara. Abu Qasim kembali menguras uangnya.

Esoknya, Abu Qasim naik ke atap rumahnya. Ia hendak menyembunyikan sepatu di sana, agar semua orang tak bisa menemukannya lagi. Sayangnya, ada seekor anjing yang suka loncat dari atap ke atap. Ia menemukan sepatu Abu Qasim dan menggigitnya. Saat anjing itu hendak meloncat ke atap yang lain, sepatu itu terlepas dari gigitannya dan menimpa kepala seseorang yang tengah berjalan melewati gang.

“Aduuh, sakit sekali.” Orang itu meringis kesakitan. Tangannya segera meraih sepatu yang menimpa kepalanya. Ia langsung tahu, bahwa itu sepatu Abu Qasim. Ia membawa sepatu Abu Qasim ke hadapan Tuan Hakim dan mengadukan kejadiannya. Lagi-lagi Abu Qasim diminta menghadap. Kali ini, uang Abu Qasim benar-benar dikuras untuk membayar denda.

Akhirnya, Abu Qasim benar-benar merasa cape mengurusi sepatunya yang telah menghabiskan banyak uang.Abu Qasim bergegas menjinjing sepatunya ke hadapan Tuan Hakim.

“Tuan Hakim, tolonglah saya. Saya ingin membuat pernyataan di atas kertas. Mulai saat ini, tidak ada kaitan lagi antara saya dengan sepatu ini. Saya ingin bebas dari sepatu saya. Jadi, jangan hukum saya lagi jika ada masalah dengan sepatu ini.”Abu Qasim terus memohon sambil meletakan sepatunya di hadapan Tuan Hakim. Tuan Hakim hanya bisa tertawa menanggapinya.





24 Agu 2013


Sepatu Lukis Elis (Dimuat di Bobo edisi 19, tgl 15 Agustus 2013)






Oleh : Irma Irawati

“Dimana ya?... Kok nggak ada?” Elis mondar-mandir kebingungan. Ia tengah mencari sepatu kesayangannya. Sepatu kelinci yang dilukis dengan tangannya sendiri saat ikut kursus melukis di sanggar Taman Sari.

Elis duduk termenung di kursi yang tak jauh dari rak sepatu. Kembali mengingat-ingat apa yang dilakukannya seharian kemarin.

21 Agu 2013

Review Sinyo Egie Untuk Dua Buku saya

Irma Irawati


Nyo memanggilnya ‘mbak Irma’, kita berkenalan di dunia maya lewat salah satu grup kepenulisan. Jejak karier sebagai penulis telah dilakoni mbak Irma jauh sebelum Nyo lakukan. Sejak masih duduk di bangku madrasah, wanita cantik ini telah memulai debut sebagai penulis lokal dengan kebanyakan berupa karya fiksi.


Tahun 1998 hingga 2002 beberapa karya mbak Irma mulai menjangkau wilayah nasional berupa cerpen dan artikel. Hanya saja setelah menikah, nama ibu tiga anak ini seperti tenggelam dari dunia kepenulisan. Hasrat menulis dalam hati terus mendesak sehingga mbak Irma berusaha mencari celah disela kesibukan mengurus anak, mulai tahun 2007 namanya mulai tercatat kembali di dunia kepenulisan sebagai debutan baru.

20 Agu 2013

Baca Buku: MERENANGI SAMUDERA IBADAH

Baca Buku: MERENANGI SAMUDERA IBADAH: Judul Buku      : Keajaiban Ibadah Setiap Waktu Penulis             : Irma Irawati Hamdani Penerbit           : Qibla imprint BIP Ce...

Baca Buku: SEKOTAK CINTA UNTUK SAKINAH

Baca Buku: SEKOTAK CINTA UNTUK SAKINAH: Judul Buku      : Sekotak Cinta untuk Sakina Penulis             : Irma Irawati Penerbit           : Qibla Tebal               : 126...