Siang yang terik. Ayah
baru saja tiba di rumah.
Biasanya ibu segera
membawakan minuman untuk ayah.
Tapi kali ini, adik perempuanku menyerobot. Ia
ingin menyuguhkan segelas air putih untuk ayah.
Kulihat ia
tergopoh-gopoh dari dapur. Tangannya membawa segelas air putih. Tapi kupikir, ia keliru memegang gelasnya.
Lima jemarinya yang mungil, meraup gelas
menutupi permukaannya. Menurutku, itu
tidak sopan.
“Dik, kalau bawa gelas
pegang pantatnya yaa!...” Aku berseru meluruskan kekeliruannya.
Serta merta, adik
memegang pantatnya sendiri yang montok. Wajahnya tampak lucu saat ia bingung
seperti itu.
"Pantat
gelas, Dik. Bukan pantatmu,"
"Gelas punya pantat?" tanyanya sambil membelalakkan mata.
Tanpa banyak bicara, kuambil gelas dari tangannya. Kutunjukkan bagaimana caranya memegang gelas yang benar.
Ah, adikku memang lucu.
"Gelas punya pantat?" tanyanya sambil membelalakkan mata.
Tanpa banyak bicara, kuambil gelas dari tangannya. Kutunjukkan bagaimana caranya memegang gelas yang benar.
Ah, adikku memang lucu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar