Bagi
Warga Bandung dan sekitarnya, waspada lah karena sebentar lagi akan tersebar “virus” yang membuat kantong cepat
kering, semangat membaca tak terkendalikan, dan keinginan berkarya yang
bergejolak. “Virus” itu menyebar di tengah Pameran Buku Bandung yang sebentar lagi akan digelar.
Pameran
Buku bandung, mengingat acara itu, saya jadi ingat tentang kekhasan acaranya
yang rutin digelar di tempat yang bersejarah bagi kota Bandung. Menyebut
Pameran Buku Bandung, pasti langsung terbayang sebuah gedung tua bernama
Landmark Convition Hall di Jalan Braga 129, Bandung. Tepat sekali jika panitia
selalu menyelenggarakannya di sana. Selain mudah diingat warga Bandung hingga
tak perlu bingung mencari tempatnya,
juga sangat pas karena Pameran Buku Bandung bukan hanya sebagai ajang
jualan buku atau mempertontonkan lautan buku. Melainkan juga sebagai ajang
kreasi para pencinta kreatifitas.
Lihat
saja seabreg rangkaian acaranya. Kita akan melihat beragam lomba yang
merangsang kreatifitas warga. Ada Parade Seni Sunda, Lomba Film Pendek, bahkan
lomba-lomba lainnya yang bisa diikuti oleh semua lapisan masyarakat. Mulai dari
bocah kecil yang selalu sumringah jika diajak lomba mewarnai atau menggambar,
pelajar, sampai orang tua yang tak bosan
berkarya. Sekarang percaya kan, kalau Pameran Buku Bandung itu bisa menjadi “Virus”?
Memang. Karena dengan digelarnya
beberapa perlombaan itu, semua orang jadi terangsang untuk berkarya. Tertarik
untuk ikut mengasah kemampuannya.
Lalu
di mana si Virus membaca dan menulis nya? Wooh mengenai itu, tak perlu disebut
lagi. Buktinya, selama Pameran Buku Bandung itu digelar, kita akan melihat
warga berbondong-bondong untuk datang ke sana. Bukan hanya Gedung Landmark
menjadi penuh sesak, tapi juga jalanan sekitar Braga menjadi macet, bahkan
sampai ada pengalihan jalur lalu lintas selama pameran berlangsung. Semoga saja
pemandangan tersebut benar-benar menunjukkan banyaknya warga yang cinta
membaca. Dan saya sendiri, paling suka jika ada talk show para penulis.
Kehadiran mereka menjadi pemantik semangat untuk bisa menulis. Dan mungkin
bukan hanya saya yang tersengat “virus” ingin menjadi penulis. Bisa jadi di
barisan pelajar yang begitu semangat menyimak
di depan panggung, ada salah seorang di antara mereka yang juga mempunyai mimpi untuk menjadi penulis. Mempunyai
mimpi jika suatu saat, yang sedang bicara tentang penulisan itu adalah dirinya.
Seperti juga mimpi saya saat menyimak para penulis itu berbincang tentang
proses kreatif mereka melahirkan
bukunya.
Nah,
betulkan kata saya? Pameran Buku Bandung memang penyebar “virus” membaca,
menulis dan berkarya. Jadi tak perlu galau jika “virus” ini melanda. Tak perlu panik
jika pameran ini digelar akhir bulan, karena di awal bulan masih akan terus
berlangsung. Tak perlu bingung karena tabungan akan terkuras saat kita kalap
dengan penampakan buku yang keren-keren. Bagi para pencinta buku, selamat
menari bersama “virus” yang akan mengokohkan status kalian sebagai KUTU. Ya,
KUTU BUKU. Bagi para pemimpi yang ingin menjadi penulis, selamat menata “virus”
semangat untuk menjadi penulis, dan bagi para creator, selamat mengasah “virus”
panangan sae alias tangan dingin untuk menghasilkan karya
yang bermutu, yang akan menggiring generasi menjadi Pejuang Peradaban.
Seperti biasa tulisan teh Irma selalu enak dibaca. Semoga sukses ya, Teh :)
BalasHapusTeh Yas... wuiih, punya teh Yas lebih keren atuuh.
BalasHapusMba Naqi... Aamiin. doa yang sama buat mbak yaa
semoga semakin menyebar virusnya ke seantero Bandung yaaa
BalasHapusaamiin... hatur nuhun, Teh Tian :)
BalasHapus